Menghadapi anak yang picky eater bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Kebiasaan memilih-milih makanan ini membuat waktu makan menjadi penuh drama. Jika tidak ditangani dengan bijak, hal ini akan memengaruhi asupan gizi anak dan berisiko menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.
Apa Itu Picky Eater?
Picky eater adalah masalah pola makan pada anak yang berkaitan dengan perkembangan psikologis, khususnya dalam hal regulasi emosi dan hubungan sosial. Perilaku makan yang tidak sesuai ini ditandai dengan kecenderungan menolak berbagai jenis makanan.
Anak yang picky eater umumnya enggan mencoba makanan baru (neofobia) dan hanya mau mengonsumsi makanan tertentu, terutama cenderung menghindari sayur dan buah. Ketidaktertarikan terhadap makanan bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti menolak makanan yang tidak disukai, hanya mengemut makanan, atau menutup mulut rapat saat disuguhkan makanan yang belum familiar.
Perbedaan Picky Eater dan Selective Eater
Picky eater dan selective eater sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki perbedaan dalam tingkat keparahan dan dampaknya terhadap pola makan anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), picky eater adalah kondisi saat anak bersedia mencoba berbagai jenis makanan—baik yang sudah dikenal maupun yang baru—namun menolaknya dalam jumlah yang cukup. Penolakan ini umumnya berkaitan dengan rasa atau tekstur makanan.
Meskipun pilih-pilih, anak yang tergolong picky eater masih mau mengonsumsi setidaknya satu jenis makanan dari setiap kelompok makanan utama, seperti karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu. Misalnya, jika anak menolak makan nasi, ia masih bersedia makan roti atau mie.
Berbeda dengan picky eater, selective eater menolak seluruh jenis makanan dalam satu kelompok tertentu. Contohnya, anak bisa sama sekali tidak mau mengonsumsi sumber karbohidrat apa pun—baik nasi, roti, maupun mie.
Picky eater masih tergolong sebagai bagian dari fase perkembangan normal anak. Namun, selective eater berpotensi menimbulkan gangguan asupan nutrisi, karena anak bisa mengalami kekurangan zat gizi makro atau mikro tertentu.
Faktor Penyebab Anak Jadi Picky Eater
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa terdapat dua faktor utama yang dapat menyebabkan anak menjadi picky eater, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari karakteristik atau kebiasaan anak itu sendiri, antara lain:
1. Kebiasaan bermain gadget saat makan
Penggunaan gadget dapat mengalihkan perhatian anak dari makanan, mengganggu kesadaran rasa lapar, dan menurunkan minat terhadap makanan.
2. Sensitivitas sensorik
Anak dengan sensitivitas sensorik tinggi mungkin menolak makanan dengan tekstur, rasa, atau bau tertentu yang terasa tidak nyaman bagi mereka.
3. Gangguan kesehatan seperti ADHD
Anak dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) cenderung impulsif dan sulit fokus, yang bisa menyulitkan mereka untuk mengikuti rutinitas makan atau mencoba makanan baru.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari lingkungan anak, terutama pola asuh dan kebiasaan orang tua. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Status pekerjaan ibu
Ibu yang bekerja penuh waktu mungkin memiliki waktu terbatas untuk menyiapkan makanan atau mendampingi anak saat makan. Hal ini bisa membuat anak tidak memiliki pola makan yang teratur.
2. Pola asuh orang tua
Pola asuh yang terlalu otoriter atau terlalu permisif dapat membuat anak merasa tertekan atau tidak mendapatkan bimbingan yang tepat dalam membangun kebiasaan makan yang sehat.
3. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI
Ketidaksesuaian dalam durasi pemberian ASI atau pengenalan MP-ASI yang terlalu dini atau terlambat dapat memengaruhi preferensi dan penerimaan anak terhadap makanan.
4. Kebiasaan makan orang tua
Anak cenderung meniru perilaku makan orang tuanya. Jika orang tua juga pilih-pilih makanan, anak berisiko mengembangkan kebiasaan serupa.
5. Paritas (jumlah anak)
Anak pertama atau tunggal sering mendapat perhatian lebih, yang dapat membuatnya lebih pemilih. Sementara anak dengan banyak saudara bisa mengalami persaingan atau kurang perhatian saat makan.
6. Keterlambatan mengenalkan makanan
Terlambat memperkenalkan berbagai jenis makanan dapat membuat anak kurang terbiasa dengan rasa dan tekstur baru, yang kemudian menyebabkan penolakan terhadap makanan.
Apakah Picky Eating Diwariskan?
Faktor genetik dapat berperan dalam perilaku picky eater. Beberapa anak memiliki kecenderungan genetik untuk lebih sensitif terhadap rasa tertentu, seperti rasa pahit. Misalnya, variasi genetik tertentu dapat membuat anak lebih peka terhadap rasa pahit yang umum terdapat dalam sayuran hijau, sehingga mereka cenderung menolak makanan tersebut.
Namun, gen hanya menciptakan kecenderungan, bukan kepastian. Jadi, meskipun seorang anak secara genetik cenderung picky, kalau dibiasakan dengan paparan makanan yang bervariasi sejak dini, tetap dapat memiliki kebiasaan makan yang sehat dan seimbang.
Gejala Picky Eating pada Anak
Gejala yang muncul pada anak picky eater dapat bervariasi, tergantung pada faktor psikologis, sensitivitas sensorik, serta kebiasaan makan yang terbentuk. Beberapa tanda umum antara lain:
Anak enggan mencoba makanan yang belum dikenalnya.
Cenderung membatasi pilihan makanan, terutama menghindari sayur dan buah.
Mengemut atau menolak mengunyah, dan hanya menahan makanan di mulut tanpa menelannya.
Menutup mulut atau menolak makan, serta menghindari makanan yang tidak disukai.
Menolak makanan karena alasan sensorik (bau, warna, tekstur).
Hanya mau makan dengan cara tertentu: Misalnya, makanan harus disajikan dengan bentuk, suhu, atau tampilan khusus.
Rewel atau tantrum saat makan.
Dampak Jika Anak Picky Eater
Picky eating biasanya terjadi selama masa perkembangan anak. Kondisi ini dapat membuat anak makan lebih sedikit karena terbatas pada pilihan makanan tertentu. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat menghambat tumbuh kembang anak, sehingga berat dan tinggi badan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu, picky eating juga meningkatkan risiko masalah kesehatan dan gangguan pertumbuhan, seperti stunting, obesitas, serta masalah dalam perkembangan otak.
Tips Mengatasi Picky Eating pada Anak
Berikut adalah beberapa tips membentuk kebiasaan makan yang sehat untuk anak:
1. Anak Meniru Orang Tua (Children See, Children Do)
Jika orang tua menunjukkan kebiasaan makan yang sehat, seperti rutin mengonsumsi sayur dan buah, anak akan lebih cenderung meniru kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu menyajikan menu makanan yang seimbang setiap hari agar anak terbiasa dengan pola makan yang baik.
2. Sajikan Makanan dalam Porsi Kecil
Anak yang picky eater sering merasa terbebani jika disajikan dengan porsi makanan yang terlalu besar. Sediakan makanan dalam porsi kecil agar anak lebih mudah menerima makanan tersebut.
3. Beri Anak Kendali dalam Memilih Makanan
Anak cenderung menolak jika dipaksa untuk makan sesuatu. Sebaliknya, jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan mengendalikan makanan yang akan dikonsumsi, mereka akan lebih tertarik untuk mencoba.
4. Kenalkan Makanan Baru Secara Bertahap
Jika anak menolak suatu makanan, jangan langsung menyerah. Coba perkenalkan makanan tersebut secara bertahap, misalnya dengan menyajikannya sebanyak 10–15 kali dalam berbagai bentuk atau kombinasi.
5. Berikan Contoh yang Menyenangkan
Makan bersama keluarga atau melihat teman sebaya makan makanan yang sama dapat meningkatkan rasa penasaran anak. Orang tua juga bisa menyajikan makanan dalam bentuk yang menarik atau mengajak anak untuk berpartisipasi dalam menyiapkan makanan.
6. Tetap Tenang dan Sabar
Jangan panik atau marah jika anak menolak makanan tertentu, karena hal ini justru bisa membuat anak semakin enggan makan. Tetap tenang dan berikan pendekatan yang positif agar anak merasa nyaman saat makan.
Pentingnya Menangani Picky Eating untuk Cegah Masalah Gizi pada Anak
Picky eating yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan anak. Anak yang picky eater seringkali membatasi pilihan makanannya, sehingga berisiko menyebabkan kekurangan zat gizi penting. Tanpa asupan gizi yang seimbang, anak berisiko mengalami keterlambatan tumbuh kembang, yang bisa berlanjut menjadi masalah kesehatan lebih serius, seperti stunting.
Bergabung dalam Upaya Mencegah dan Mengatasi Stunting!
Setiap anak berhak tumbuh dengan sehat dan optimal. Melalui donasi yang kamu berikan, kami bisa menyediakan #1day1egg bagi balita yang membutuhkan selama 6 bulan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gizi mereka.
Yuk, bantu balita untuk tumbuh sehat! Klik di sini untuk berdonasi.
Referensi:
Astuti, Y., Magdalena, A., & Aisyaroh, N. (2023). Narrative Review: Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Picky eater Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial Humaniora, 3(3), 207-214.
Utami, F. B. (2016). Picky eater pada anak kota: studi kasus anak usia 3-4 tahun. Sosio Religi: Jurnal Kajian Pendidikan Umum, 14(2).