Pentingnya Imunisasi Lengkap untuk Kesehatan Jangka Panjang Anak

Article 02 May 2025 |
img author
Risda Monica, S.Gz., Dietisien
Imunisasi pada Anak

Imunisasi merupakan langkah penting untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit menular. Kelengkapan imunisasi dapat mencegah penyakit di masa anak-anak, dan berperan dalam menjaga kesehatan jangka panjang.

Artikel ini akan membahas mengenai manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi pada anak, jadwal lengkap imunisasi, imunisasi yang berisiko membuat demam pada anak, keputusan orang tua yang tidak memberikan imunisasi, dan dampak tidak imunisasi.

Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi yaitu melindungi bayi dan anak dari penyakit berbahaya, mencegah terjadinya sakit berat, cacat atau kematian, serta mencegah meluasnya penyebaran dan memberantas penyakit tertentu. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit.

Jenis-Jenis Imunisasi pada Anak

Imunisasi perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit yang berbahaya. Berikut rincian imunisasi pada anak:

Usia / Kelas

Jenis Imunisasi

Fungsi / Pencegahan

Imunisasi Dasar Lengkap untuk Bayi Usia 0–11 Bulan

1 bulan

BCG

Tuberkulosis (TBC)

Polio 1

Polio

2 bulan

DPT-HB-Hib 1

Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia, Meningitis

Polio 2

Polio

3 bulan

DPT-HB-Hib 2

Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia, Meningitisama seperti di atas

Polio 3

Polio

4 bulan

DPT-HB-Hib 3

Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia, Meningitis

Polio 4

Polio

9 bulan

Campak

Campak

Imunisasi Lanjutan untuk Bayi Usia 18–24 Bulan

18–24 bulan

DPT-HB-Hib Booster (1 dosis)

Memperkuat perlindungan terhadap difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis.

Campak-Rubella (1 dosis)

Campak dan Rubella

Imunisasi Lanjutan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Kelas 1 SD

Campak-Rubella

Campak dan Rubella

DT (Difteri & Tetanus)

Difteri dan Tetanus

Kelas 2 & 5 SD

Td (Tetanus & Difteri)

Tetanus dan Difteri

Apakah Semua Imunisasi Ini Wajib?

  • Imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT-HB-Hib, Polio, Campak) wajib diberikan, karena melindungi dari penyakit yang sangat berbahaya dan menular.

  • Imunisasi lanjutan juga sangat dianjurkan untuk memperkuat kekebalan tubuh anak.

  • Imunisasi di sekolah (BIAS) termasuk dalam program nasional, jadi sebaiknya tidak dilewatkan.

Lokasi Pemberian Imunisasi

Anak-anak bisa mendapatkan imunisasi di beberapa tempat berikut:

1. Puskesmas & Posyandu

Mayoritas vaksin dasar dan lanjutan bisa didapat secara gratis

2. Rumah sakit atau klinik dokter anak

Ini bisa jadi pilihan jika ingin layanan lebih privat (biasanya berbayar)

3. Sekolah

Vaksin untuk anak SD biasanya diberikan langsung di sekolah melalui program tahunan pemerintah

Imunisasi yang Menimbulkan Risiko Demam

Beberapa jenis imunisasi memang dapat menyebabkan efek samping ringan seperti demam pada anak. Hal ini merupakan respons normal tubuh terhadap vaksin yang sedang membentuk kekebalan. Berikut adalah beberapa jenis imunisasi yang umum menimbulkan demam:

1. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Vaksin DPT, terutama komponen pertusis-nya, sering dikaitkan dengan demam ringan hingga sedang setelah penyuntikan.

2. Campak (Measles) / MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Vaksin ini dapat menyebabkan demam sekitar 1–2 minggu setelah imunisasi, karena tubuh sedang merespons virus yang dilemahkan.

3. Hib (Haemophilus influenzae tipe b)

Beberapa anak dapat mengalami demam ringan setelah menerima vaksin Hib.

4. Pneumokokus (PCV)

Vaksin ini juga dapat menyebabkan demam ringan pada beberapa anak.

Keputusan Orang Tua yang Tidak Memberikan Imunisasi

Ketidakpatuhan orang tua dalam melakukan imunisasi dasar merupakan salah satu kendala atau hambatan bagi tercapainya keberhasilan target cakupan imunisasi. Ada beberapa alasan mengapa sebagian orang tua memilih untuk tidak mengimunisasi anaknya. Alasan ini bisa bersifat pribadi, sosial, atau dipengaruhi oleh informasi yang salah. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kurangnya pemahaman atau informasi yang salah

Banyak orang tua mendapat informasi keliru dari media sosial atau lingkungan sekitar, seperti anggapan bahwa vaksin menyebabkan autisme (yang sudah dibuktikan tidak benar secara ilmiah). Misinformasi ini sering menyebar lebih cepat daripada informasi medis yang akurat.

2. Ketakutan terhadap efek samping

Beberapa orang tua khawatir akan efek samping vaksin, seperti demam, kejang, atau reaksi alergi. Padahal, efek samping serius sangat jarang terjadi, dan sebagian besar reaksi bersifat ringan dan sementara.

3. Pandangan agama atau kepercayaan pribadi

Ada kelompok yang menolak imunisasi karena alasan keyakinan, baik agama maupun prinsip hidup tertentu, yang menganggap vaksinasi tidak sesuai dengan ajaran atau gaya hidup mereka.

4. Pengalaman pribadi atau cerita dari orang lain

Jika seorang orang tua pernah mendengar atau mengalami kejadian buruk setelah imunisasi, meskipun tidak terbukti disebabkan oleh vaksin, mereka mungkin menjadi takut dan enggan mengulangi hal tersebut.

5. Merasa tidak perlu karena penyakit jarang terjadi

Ketika suatu penyakit berhasil ditekan atau tidak terlihat di sekitar, sebagian orang tua merasa imunisasi tidak lagi penting. Padahal, penyakit bisa muncul kembali jika cakupan imunisasi menurun (contoh: kasus campak di beberapa negara yang sebelumnya bebas campak).

6. Kurangnya akses atau fasilitas kesehatan

Di beberapa wilayah, akses terhadap layanan imunisasi masih terbatas, baik karena letak geografis, kendala biaya transportasi, atau keterbatasan tenaga kesehatan.

Dampak untuk Anak yang Tidak Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular penyakit menular yang sebenarnya dapat dicegah. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi:

1. Rentan Terinfeksi Penyakit Berbahaya

Anak yang tidak diimunisasi berisiko lebih besar terkena penyakit serius seperti campak, polio, difteri, dan pertusis. Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berat seperti radang paru-paru, kelumpuhan, hingga kematian.

2. Komplikasi Kesehatan Jangka Panjang

Beberapa penyakit yang dicegah dengan vaksin dapat menyebabkan komplikasi permanen. Contohnya, infeksi campak dapat menyebabkan ensefalitis (radang otak), dan polio dapat menyebabkan kelumpuhan seumur hidup.

3. Mengancam Kesehatan Komunitas (Herd Immunity)

Anak yang tidak divaksinasi bisa menjadi sumber penularan penyakit kepada orang lain, terutama yang belum bisa divaksinasi (seperti bayi baru lahir atau individu dengan gangguan kekebalan tubuh).

4. Beban Ekonomi dan Sosial

Biaya pengobatan untuk penyakit yang seharusnya bisa dicegah jauh lebih mahal dibandingkan biaya imunisasi. Selain itu, orang tua mungkin harus berhenti bekerja sementara untuk merawat anak yang sakit.

Pengaruh Status Imunisasi dan Kejadian Stunting

Dalam Studi Nasional di Indonesia tahun 2021, dilakukan analisis terhadap lebih dari 70.000 balita usia 12–59 bulan menunjukkan bahwa:

  • Anak dengan imunisasi tidak lengkap memiliki risiko stunting 1,18 kali lebih tinggi dibandingkan yang lengkap.

  • Anak yang tidak diimunisasi sama sekali memiliki risiko stunting 1,27 kali lebih tinggi.

Waktu pemberian imunisasi juga berpengaruh terhadap efektivitasnya dalam mencegah stunting. Pemberian vaksin seperti BCG dan DPT pada usia yang sesuai (sesuai jadwal imunisasi) menunjukkan efek perlindungan yang lebih baik terhadap stunting dibandingkan pemberian yang terlambat.

Vaksin yang Paling Berkaitan dengan Pencegahan Stunting

Beberapa vaksin memiliki peran penting dalam mencegah stunting:

1. DPT-HB-Hib

Mencegah penyakit seperti difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang dapat memengaruhi pertumbuhan anak.

2.BCG

Selain mencegah TBC, vaksin ini memiliki efek non-spesifik yang dapat meningkatkan sistem imun secara umum. Studi menunjukkan bahwa pemberian BCG pada usia dini dapat mengurangi risiko stunting.

3. Campak

Infeksi campak dapat menyebabkan komplikasi serius yang memengaruhi status gizi dan pertumbuhan anak.

Referensi:

Nasution, E. Y. (2022). Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap. PT Inovasi Pratama Internasional.

Afriza, N., Handayani, L., & Djannah, S. N. (2023). Analisis Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Anak: Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 6(9), 1728-1734.

Purwanti E, Masitoh S, Ronoatmodjo S. Association Between Basic Immunization Status and Stunting in Toddlers Aged 12 to 59 Months in Indonesia. J Prev Med Public Health. 2025. doi: 10.3961/jpmph.24.230. Epub ahead of print. PMID: 39901750.

Berendsen, M. L., Smits, J., Netea, M. G., & van der Ven, A. (2016). Non-specific effects of vaccines and stunting: timing may be essential. EBioMedicine, 8, 341-348.

ic-brand
Tunggu sebentar