Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak: Gejala, Fase Kritis, dan Cara Pencegahan Terkini

Article 03 Nov 2025 |
Penulis : Risda Monica, S.Gz., Dietisien
|
Editor : Salma Fitri
Gigitan nyamuk yang bisa menyebabkan demam berdarah

Setiap musim hujan tiba, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hampir selalu meningkat di berbagai daerah di Indonesia. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini sering dikira sebagai demam biasa pada awalnya. Padahal, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, DBD bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak.

Mengapa DBD Berbahaya?

Hingga pertengahan tahun 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat 79.843 kasus DBD di Indonesia, dengan 359 kematian. Angka ini menunjukkan bahwa DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.

DBD disebabkan oleh virus Dengue, yang terdiri dari empat jenis (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti, yang mudah dikenali dari corak belang hitam-putih di tubuhnya dan kebiasaannya menggigit di pagi hingga sore hari.

Bahaya utama DBD bukan sekadar “perdarahan”, melainkan kebocoran plasma dari pembuluh darah. Pada anak-anak, pembuluh darah yang masih kecil dan sistem kekebalan yang belum matang membuat mereka lebih rentan. Jika kebocoran plasma tidak segera ditangani, anak bisa mengalami syok dengue (Dengue Shock Syndrome/DSS) yang berpotensi mengancam jiwa.

Gejala dan Fase DBD

Saat anak dirawat karena DBD, dokter biasanya akan memantau jumlah trombosit (keping darah) dan hematokrit (kekentalan darah). Keduanya membantu menentukan risiko perdarahan dan kebocoran plasma.

Namun sebelum sampai di tahap pemeriksaan, orang tua bisa mengenali perjalanan penyakit ini yang terdiri dari tiga fase utama:

1. Fase Demam (Hari ke-1 s.d. ke-3)

Awalnya, DBD sering tampak seperti demam biasa. Namun, ada beberapa tanda khas yang perlu diwaspadai sejak awal:

  • Demam tinggi mendadak (bisa melonjak hingga 40°C).

  • Gejala mirip flu, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri di belakang mata.

  • Bisa muncul bintik-bintik kemerahan di kulit.

Pada bayi dan balita yang belum bisa bicara, gejala di atas mungkin tidak terdeteksi. Orang tua harus waspada jika anak sangat rewel dan menangis terus-menerus, menolak makan atau menyusu, mual dan muntah, tampak lemas, atau lebih banyak tidur dari biasanya (lesu).

2. Fase Kritis (Hari ke-3 s.d. ke-7)

Fase 2 sering digolongkan sebagai fase paling menipu dan berbahaya. Hal ini karena, demam anak akan turun drastis, seolah-olah sudah sembuh. Banyak orang tua terkecoh pada fase ini, padahal justru saat demam turun inilah kebocoran plasma dimulai.

3. Fase Pemulihan (Setelah Hari ke-7)

Jika melewati fase kritis dengan baik, kondisi anak mulai membaik. Cairan tubuh kembali normal, nafsu makan meningkat, dan jumlah trombosit serta sel darah putih berangsur naik.

Cara Pencegahan DBD pada Anak

Pencegahan DBD pada anak berfokus pada dua hal utama yaitu pemberantasan nyamuk dan vaksinasi:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Pemberantasan sarang nyamuk adalah adalah metode yang dinilai paling efektif. Jika di lingkungan sudah banyak nyamuk bertebaran, libatkan seluruh keluarga dalam gerakan 3M Plus sebagai pencegahan DBD.

  • Menguras, yaitu membersihkan tempat penampungan air (bak mandi, ember, dispenser) minimal seminggu sekali.

  • Menutup, yaitu menutup rapat semua tempat penampungan air.

  • Mendaur ulang, yaitu memanfaatkan kembali barang bekas agar tidak menjadi tempat genangan air.

Berikut langkah tambahan untuk melindungi anak selain 3M:

  • Memasang kawat kasa di ventilasi rumah.

  • Menggunakan kelambu (terutama untuk bayi yang tidur siang).

  • Memakaikan anak pakaian lengan panjang dan celana panjang berwarna terang saat bermain di luar.

  • Tidak menggantung pakaian bekas pakai di kamar.

2. Vaksinasi DBD

Saat ini sudah ada inovasi baru untuk perlindungan aktif terhadap DBD. Vaksin Dengue Qdenga (TAK-003) telah disetujui oleh BPOM dan direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk anak usia 6 tahun ke atas, baik yang sudah pernah maupun belum pernah terinfeksi Dengue. Vaksinasi bisa menjadi pilihan pencegahan DBD pada anak.

Apa yang Harus Dilakukan saat Anak Terkena DBD?

Prinsip penanganan DBD pada anak adalah terapi suportif, yaitu menjaga agar kondisi anak tetap stabil sampai virusnya dikalahkan oleh sistem imun tubuh.

Jika Dirawat di Rumah (DBD tanpa tanda bahaya)

Secara umum, perawatan DBD dianjurkan langsung di rumah sakit. Namun jika DBD ringan, tanpa tanda bahaya dan memungkinkan dirawat dirumah, lakukan tips berikut:

  1. Cukupi Kebutuhan Cairan

    Berikan anak minum sebanyak mungkin untuk mencegah dehidrasi. Air putih, jus buah (hindari yang berwarna gelap), oralit, atau kuah sup (kaldu) juga dianjurkan.

  2. Pastikan anak istirahat total (bed rest).

  3. Hanya berikan Paracetamol (Acetaminophen) sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter berdasarkan berat badan anak.

PERINGATAN KERAS: Jangan pernah memberikan Ibuprofen, Aspirin, atau obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) lainnya. Obat-obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan dan memperburuk kondisi lambung.

Kapan Harus ke Dokter?

Tanda-tanda berikut ini mengindikasikan anak sudah memasuki fase kritis dan berisiko mengalami syok dan membutuhkan pertolongan medis segera. Berikut tanda-tandanya:

  1. Anak tampak sangat lemas, lesu, mengantuk terus, atau sulit dibangunkan.

  2. Anak terlihat gelisah atau kebingungan.

  3. Anak mengalami tanda dehidrasi, yaitu frekuensi buang air kecil (BAK) sangat berkurang (misalnya, popok tetap kering lebih dari 4-6 jam), mulut dan bibir kering, menangis tanpa air mata, dan mata tampak cekung.

  4. Tangan dan kaki terasa dingin serta lembap.

  5. Anak memegangi perutnya atau menangis kencang tanpa henti.

  6. Muntah terus menerus lebih dari 3 kali dalam 24 jam

  7. Anak tidak bisa makan dan minum sama sekali.

  8. Perdarahan spontan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan.

  9. Muntah darah (seperti ampas kopi) atau Buang Air Besar (BAB) berwarna hitam.

Jika dirawat di rumah sakit, keluarga bisa sedikit lebih tenang. Namun, terus pantau cairan dan kondisi fisik anak. Prinsip penanganan utama penanganan DBD adalah pemberian cairan melalui infus (IV) untuk menggantikan plasma yang bocor. Dokter akan memantau ketat tanda-tanda vital anak, kadar hematokrit (kekentalan darah), dan jumlah trombosit melalui pemeriksaan darah berkala.

Kesehatan Anak

ic-brand
Tunggu sebentar