Alergi makanan pada anak merupakan salah satu kondisi kesehatan yang semakin sering dijumpai dan dapat berdampak terhadap tumbuh kembang serta kualitas hidup anak. Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh anak merespons secara berlebihan terhadap zat tertentu dalam makanan, seperti protein dalam susu sapi, telur, kacang-kacangan, atau makanan laut. Gejala yang ditimbulkan pun bervariasi, mulai dari ringan seperti ruam kulit hingga reaksi berat yang mengancam jiwa.
Artikel ini akan membahas mengenai macam-macam alergi pada anak, cara mengetahui alergi tertentu, ciri-ciri alergi makanan pada anak, serta bagaimana penanganannya.
Macam-Macam Alergi pada Anak
Alergi pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk dan dipicu oleh berbagai alergen. Berikut ini adalah beberapa macam alergi yang umum terjadi pada anak:
A. Alergi Makanan
Jenis alergi yang paling sering muncul pada anak, biasanya disebabkan oleh:
Susu sapi
Telur
Kacang tanah dan kacang pohon (almond, kenari, dll.)
Ikan dan makanan laut
Gandum dan kedelai
B. Alergi Hewan
Bulu atau air liur hewan peliharaan (kucing, anjing) dapat menyebabkan reaksi alergi, terutama pada anak dengan asma atau rinitis.
C. Alergi Obat
Beberapa anak bisa mengalami alergi terhadap obat tertentu seperti antibiotik (misalnya penisilin) atau obat antiinflamasi non-steroid.
D. Alergi Kulit (Dermatitis Alergi/Atopik)
Bentuk umum dari alergi kulit adalah eksim (dermatitis atopik), yang biasanya muncul sebagai ruam merah dan gatal di kulit.
Cara Mengetahui Alergi Makanan Tertentu
Berikut merupakan cara mengetahui alergi makanan tertentu:
1. Skin Prick Test (SPT)
Skin Prick Test (SPT) merupakan metode pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan alergi makanan yang dipicu oleh respons imunoglobulin E (IgE) terhadap makanan tertentu.
Prosedurnya dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil zat alergen ke lapisan permukaan kulit. Setelah sekitar 30 menit, hasil akan dievaluasi. Jika muncul kemerahan disertai benjolan (indurasi) berdiameter lebih dari 3 mm, maka tes dianggap positif, menandakan adanya reaksi alergi terhadap alergen tersebut.
2. Atopy Patch Test (APT)
Atopy Patch Test (APT) adalah uji yang dilakukan dengan cara menempelkan alergen pada kulit yang utuh menggunakan bahan khusus. Uji ini digunakan untuk mendeteksi reaksi alergi tertunda, yang sering terjadi pada kondisi seperti dermatitis atopik. Hasil tes dapat dilihat setelah beberapa jam hingga 48 jam.
3. Uji Tantangan Makanan (Oral Food Challenge/OFC)
Uji Tantangan Makanan (Oral Food Challenge/OFC) dilakukan dengan memberi makanan yang diduga menyebabkan alergi kepada anak, mulai dari jumlah kecil yang ditambah perlahan dalam waktu sekitar 20-30 menit.
Jika muncul reaksi alergi, pemberian makanan dihentikan segera. Jika tidak ada reaksi hingga jumlah makanan maksimal, anak akan tetap diawasi di rumah sakit selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada reaksi alergi yang terlambat.
Ciri-Ciri Alergi Makanan Pada Anak
Ciri-ciri alergi makanan pada anak bisa bervariasi dari ringan hingga berat, dan biasanya muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan penyebab alergi. Berikut ini adalah gejala yang perlu diwaspadai:
A. Gejala Ringan hingga Sedang
Ruam merah atau bentol-bentol (urtikaria) di kulit
Gatal-gatal, terutama di sekitar mulut atau wajah
Bibir, wajah, atau mata bengkak
Mual, muntah, atau sakit perut
Diare
Hidung berair atau tersumbat
Batuk ringan atau suara serak
Gejala seperti ruam, gatal, atau gangguan pencernaan biasanya muncul dalam beberapa menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Melalui penanganan yang tepat, misalnya pemberian antihistamin, gejala ini bisa mereda dalam beberapa jam hingga 1–2 hari.
B. Gejala Berat (Anafilaksis) – Darurat Medis
Sesak napas atau napas berbunyi (wheezing)
Pembengkakan tenggorokan atau kesulitan bernapas
Penurunan tekanan darah (pusing, lemas, atau pingsan)
Nadi cepat atau lemah
Kebingungan atau kehilangan kesadaran
Biasanya reaksi ini muncul dalam hitungan menit hingga satu jam setelah konsumsi makanan alergen. Gejala dapat membaik cepat setelah penanganan, tetapi anak tetap perlu diawasi di rumah sakit karena reaksi bisa kambuh dalam 4–12 jam (reaksi bifasik).
Penanganan Pertama Mengatasi Alergi
Penanganan pertama untuk mengatasi alergi pada anak tergantung pada tingkat keparahan gejalanya. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
A. Reaksi Ringan hingga Sedang
Hentikan pemberian makanan penyebab alergi segera.
Beri antihistamin oral sesuai anjuran dokter (seperti cetirizine atau loratadine) untuk meredakan gejala gatal atau ruam.
Kompres dingin pada bagian kulit yang gatal atau bengkak untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
Pantau gejala selama beberapa jam untuk memastikan tidak berkembang menjadi reaksi berat.
B. Reaksi Berat
Segera hubungi layanan darurat
Suntik epinefrin (EpiPen) jika tersedia dan sudah diresepkan oleh dokter.
Posisikan anak berbaring telentang dengan kaki sedikit ditinggikan untuk menjaga aliran darah ke organ vital.
Jangan beri makanan/minuman, terutama jika anak tampak sesak atau kehilangan kesadaran.
Bawa anak ke rumah sakit meskipun gejalanya membaik setelah epinefrin, karena reaksi bisa muncul kembali (reaksi bifasik).
Bagaimana Mengobati Alergi pada Anak?
Obat anti alergi untuk anak yang terkait dengan alergi makanan harus selalu digunakan dengan hati-hati dan sesuai arahan dokter. Berikut adalah beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi alergi makanan pada anak:
1. Antihistamin
Antihistamin digunakan untuk mengatasi gejala ringan alergi makanan, seperti gatal, ruam, atau pembengkakan ringan setelah mengonsumsi makanan yang menyebabkan alergi. Obat antihistamin yang dapat diberikan seperti cetirizine, loratadine, atau fenoxfenadine.
2. Epinefrin (Adrenalin) – Obat Darurat untuk Anafilaksis
Epinefrin digunakan pada anak-anak yang mengalami reaksi alergi berat atau anafilaksis akibat alergi makanan. Ini adalah obat darurat yang harus digunakan segera setelah gejala anafilaksis muncul (seperti sesak napas, pembengkakan wajah atau tenggorokan).
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan untuk mengatasi reaksi alergi yang lebih parah atau untuk mencegah reaksi alergi makanan berulang, seperti pada kondisi dermatitis atopik (eksim) yang disebabkan oleh alergi makanan. Obat dapat berupa hydrocortisone atau mometasone.
Catatan Penting: |
---|
a. Menghindari alergen (senyawa yang memicu tubuh menimbulkan reaksi alergi) adalah langkah utama dalam pengelolaan alergi makanan pada anak. |
b. Alergi tidak selalu bisa hilang tanpa pengobatan, dan reaksi alergi bisa berisiko berat (misalnya anafilaksis) jika tidak dikelola dengan benar. |
c. Jika anak mengalami reaksi alergi makanan, segera konsultasikan dengan dokter untuk pengelolaan lebih lanjut. |
Referensi:
Hendra, H. H. (2020). Peran Imunoterapi pada Tatalaksana Alergi Makanan (The Role of Immunotherapy in Food Allergy). Jurnal Kedokteran Raflesia, 19-28.