Cacingan pada Anak: Ciri-ciri, Dampak, serta Cara Mencegah dan Mengatasinya

Article 07 Aug 2025 |
Penulis : Risda Monica, S.Gz., Dietisien
Anak bermain tanah tanpa alas kaki

Cacingan pada anak masih menjadi masalah kesehatan yang sering ditemukan, terutama di wilayah dengan sanitasi yang kurang memadai. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing parasit di dalam tubuh, umumnya pada saluran pencernaan. Gejalanya sering tidak disadari atau dianggap sepele. Namun, jika tidak ditangani dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Penyebab Cacingan pada Anak

Infeksi cacing terutama terjadi karena dua faktor utama:

  1. Sanitasi Lingkungan Buruk

    Misalnya tidak tersedia air bersih, pembuangan limbah tidak memadai, dan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka.

  2. Kebersihan Diri Kurang Terjaga
    Misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan, kuku panjang dan kotor, atau bermain di tanah tanpa alas kaki.

Selain itu, kurangnya pengetahuan orang tua, pekerjaan yang berisiko terpapar tanah atau kotoran, dan tidak adanya pemberian obat cacing berkala juga meningkatkan risiko infeksi.

Jenis Cacing yang Biasa Menginfeksi Anak

Di Indonesia, sebuah studi melaporkan bahwa 30,5% anak mengalami infeksi cacing, dan 67,2% di antaranya terinfeksi lebih dari satu jenis parasit usus secara bersamaan. Berikut jenis cacing yang dapat menginfeksi tubuh anak:

Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)

Cacing gelang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui telur yang menempel pada sayuran dan buah yang tidak dicuci dengan bersih sebelum dikonsumsi. Cacing gelang dewasa dapat tumbuh sepanjang 20–30 cm dan mampu menghasilkan hingga 200.000 telur setiap hari. Kehadirannya dapat merusak lapisan usus halus, memicu diare, dan mengganggu proses penyerapan zat gizi penting seperti karbohidrat dan protein.

Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)

Cacing cambuk dewasa mampu menghasilkan sekitar 5.000 hingga 10.000 butir telur setiap hari. Anak-anak bisa terinfeksi cacing cambuk melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi tanah yang mengandung telur cacing.

Cacing ini menempel dengan cara membenamkan kepalanya ke dinding usus besar, yang dapat menimbulkan luka pada area tersebut. Jika infeksi cukup parah, kondisi ini bisa menimbulkan diare yang disertai lendir dan darah.

Cacing Tambang (Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus)

Cacing tambang dapat menghasilkan antara 15.000 hingga 20.000 butir telur setiap hari. Larvanya memiliki kemampuan menembus kulit, terutama pada area kaki yang bersentuhan langsung dengan tanah yang tercemar, lalu masuk ke aliran darah dan berpindah ke usus halus, paru-paru, hingga jantung.

Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan luka yang lebih dalam pada dinding usus, sehingga perdarahan yang terjadi bisa lebih parah dibandingkan dengan infeksi cacing jenis lainnya.

Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis)

Cacing kremi adalah jenis cacing kecil berwarna putih yang hidup di usus besar manusia. Di malam hari, cacing dewasa berpindah ke area sekitar anus untuk bertelur, yang menimbulkan rasa gatal. Ketika anak menggaruk area tersebut, telur cacing dapat pecah dan larvanya berisiko masuk kembali ke dalam tubuh melalui dubur. Selain itu, telur cacing ini juga bisa menempel di jari tangan, bawah kuku, pakaian, sprei, atau handuk, sehingga sangat mudah menular ke orang lain di sekitarnya.

Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Cacingan

Gejala cacingan dapat berbeda tergantung jenis cacing dan tingkat keparahan infeksi. Pada infeksi ringan, gejala sering tidak terlihat. Namun, secara umum tanda-tanda yang perlu diwaspadai meliputi:

  1. Anak lebih sering menggaruk daerah anus karena gatal, apalagi saat malam hari.

  2. Perut kembung atau nyeri perut berulang

  3. Diare atau sembelit

  4. Berat badan sulit naik atau menurun

  5. Nafsu makan menurun karena rasa tidak nyaman di perut akibat iritasi pada saluran cerna. Namun, bisa juga nafsu makan anak meningkat tapi tidak disertai penambahan berat badan. Hal ini terjadi karena nutrisi dari makanan diserap oleh cacing, sehingga tubuh anak tidak mendapatkan asupan gizi yang optimal.

  6. Mengalami perubahan kondisi tubuh yang lebih lesu, wajah menjadi lebih pucat.

  7. Sulit konsentrasi dan tampak lesu

  8. Terdapat cacing hidup atau cacing mati yang berada di sekitar feses atau daerah anus. Orang tua/keluarga bisa mengenalinya saat anak sedang BAB.

Dampak Cacingan terhadap Kesehatan Anak

Infeksi cacing dapat mengganggu penyerapan zat gizi sehingga anak berisiko mengalami kekurangan gizi. Beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain:

  1. Anemia akibat perdarahan usus (terutama pada infeksi cacing tambang)

  2. Gangguan penyerapan vitamin A yang memengaruhi daya tahan tubuh dan kesehatan mata

  3. Pada infeksi berat menyebabkan penyumbatan usus, sehingga memerlukan penanganan medis segera

  4. Kekurangan gizi kronis, sehingga berisiko menyebabkan stunting dan keterlambatan perkembangan kognitif maupun motorik

Cara Mencegah dan Mengatasi Cacingan

Faktor penyebab cacingan sebenarnya dapat dicegah, sehingga anak terhindar dari infeksi dan dapat tumbuh serta berkembang secara optimal. Namun, bila anak sudah terinfeksi, diperlukan penanganan yang tepat untuk mencegah penularan dan meringankan gejala agar tidak semakin parah.

Cara Mencegah Cacingan

Pencegahan cacingan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, makanan, dan lingkungan. Berikut hal-hal yang bisa diterapkan:

  1. Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah buang air besar

  2. Memotong kuku secara rutin dan menghindari kebiasaan menggigit kuku atau mengisap jari

  3. Memakai alas kaki saat bermain di luar rumah, terutama di tanah

  4. Mencuci bersih buah dan sayur sebelum dikonsumsi

  5. Memasak makanan hingga matang

  6. Mengonsumsi air bersih yang telah dimasak atau air kemasan terjamin

  7. Menggunakan jamban sehat dan mengelola limbah rumah tangga dengan baik

  8. Mengajarkan anak kebiasaan hidup bersih sejak dini

Cara Mengatasi Cacingan

Jika anak sudah terinfeksi cacing, berikut langkah yang perlu dilakukan:

1. Pemberian Obat Cacing Berkala

WHO dan Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan pemberian obat cacing (Albendazole atau Mebendazole) setiap 6 bulan untuk anak usia 1–12 tahun di daerah endemik.

2. Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan

Segera periksakan anak ke puskesmas atau dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

3. Perbaikan Status Gizi

Berikan makanan bergizi seimbang untuk memperkuat daya tahan tubuh dan memperbaiki kondisi akibat infeksi.

4. Pemantauan Tumbuh Kembang

Lakukan pengukuran berat dan tinggi badan secara berkala untuk memastikan pertumbuhan anak optimal.

Konsistensi dalam pencegahan serta penanganan sedini mungkin akan membantu menghentikan siklus infeksi cacing dan mencegah dampak jangka panjang pada anak. Yuk, pastikan anak terhindar dari cacingan dengan menjaga kebersihan diri, makanan, dan lingkungan setiap hari.

Kesehatan Anak

ic-brand
Tunggu sebentar