Air ketuban adalah salah satu elemen terpenting yang menopang kehidupan si Kecil selama di dalam kandungan. Cairan inilah yang menjadi “rumah pertama” bagi janin. Tempat ia tumbuh, bergerak, dan berlatih fungsi-fungsi dasar tubuhnya sebelum lahir ke dunia.
Apa Itu Air Ketuban?
Air ketuban atau cairan amnion adalah cairan berwarna bening hingga kekuningan yang mengelilingi janin di dalam rahim. Cairan ini berada di dalam kantung ketuban (kantung amnion) yang tertutup rapat dan elastis.
Pada awal kehamilan, air ketuban terutama berasal dari cairan tubuh ibu. Namun, setelah usia kehamilan sekitar 20 minggu, sebagian besar air ketuban berasal dari urin janin.
Meski terdengar mengkhawatirkan, kondisi ini sepenuhnya normal dan steril. Janin akan menelan air ketuban, memprosesnya, lalu mengeluarkannya kembali sebagai urin. Proses sirkulasi ini penting untuk menjaga keseimbangan jumlah air ketuban selama kehamilan.
Fungsi Air Ketuban
Air ketuban bukan sekadar cairan pelengkap. Cairan ini memiliki banyak fungsi penting yang mendukung tumbuh kembang janin di dalam kandungan, antara lain:
1. Pelindung dari Benturan
Air ketuban berfungsi sebagai bantalan alami. Saat ibu bergerak, beraktivitas, atau mengalami benturan ringan, cairan ini membantu meredam tekanan sehingga janin tetap terlindungi dan organ-organ tubuhnya yang masih berkembang tidak mudah cedera.
2. Menjaga Suhu Tetap Stabil
Lingkungan di dalam rahim perlu berada pada suhu yang relatif konstan. Air ketuban membantu menjaga kestabilan suhu tersebut, sehingga janin tidak terpengaruh oleh perubahan suhu tubuh ibu atau lingkungan sekitar.
3. Mendukung Gerak dan Perkembangan Otot-Tulang
Janin yang “mengapung” di dalam air ketuban memiliki ruang untuk bergerak bebas, seperti menendang, memutar tubuh, hingga menggenggam. Gerakan-gerakan ini berperan penting dalam perkembangan otot, sendi, dan tulang janin.
4. Mencegah Tali Pusat Tertekan
Tali pusat adalah jalur utama penyaluran oksigen dan zat gizi dari ibu ke janin. Air ketuban membantu menjaga posisi tali pusat agar tidak mudah terjepit antara tubuh janin dan dinding rahim, sehingga aliran darah tetap lancar.
5. Mendukung Perkembangan Paru dan Sistem Pencernaan
Janin secara aktif menelan dan “menghirup” air ketuban. Aktivitas ini membantu melatih otot pernapasan serta mendukung pematangan paru-paru. Menelan air ketuban juga berperan dalam melatih sistem pencernaan janin sebelum bayi lahir.
Warna dan Bau Air Ketuban
Tidak sedikit ibu hamil yang sulit membedakan air ketuban dengan urin atau cairan vagina. Padahal, air ketuban memiliki ciri khas tertentu. Berikut gambaran umum yang bisa menjadi acuan:
Normal | Waspada | |
|---|---|---|
Warna | Bening, sedikit kekuningan, atau menyerupai warna jerami pucat |
|
Bau | Tidak berbau atau berbau ringan khas (tidak pesing) | Bau busuk, yang bisa mengarah pada infeksi |
Tekstur | Cair seperti air, kadang disertai flek putih halus (verniks) | Sangat kental atau bercampur lendir darah dalam jumlah banyak |
Masalah yang Berkaitan dengan Air Ketuban
Jumlah air ketuban perlu berada dalam batas normal, tidak terlalu sedikit, dan tidak berlebihan. Dokter biasanya menilai hal ini melalui pemeriksaan USG dengan mengukur Indeks Cairan Amnion (Amniotic Fluid Index/AFI).
Salah satu kondisi yang bisa terjadi adalah oligohidramnion, yaitu jumlah air ketuban terlalu sedikit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh ketuban pecah dini, gangguan pada plasenta, atau masalah pada ginjal janin. Jika tidak ditangani, oligohidramnion dapat menghambat pertumbuhan janin atau meningkatkan risiko penekanan tali pusar.
Sebaliknya, polihidramnion adalah kondisi ketika air ketuban berjumlah berlebihan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, ibu dengan diabetes gestasional, atau janin dengan gangguan menelan. Air ketuban yang terlalu banyak dapat membuat rahim meregang berlebihan dan meningkatkan risiko persalinan prematur.
Tanda-Tanda Air Ketuban Rembes atau Pecah
Air ketuban bisa pecah secara tiba-tiba atau merembes perlahan. Ciri utamanya adalah cairan keluar tanpa bisa ditahan. Berbeda dengan urin yang masih bisa dikontrol oleh otot panggul, air ketuban akan terus menetes atau mengalir meski ibu berusaha menahannya.
Untuk pemeriksaan awal di rumah, ibu bisa melakukan hal berikut:
Mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
Menggunakan pembalut bersih
Berbaring miring atau mencoba batuk ringan
Jika cairan tetap keluar, tidak berbau pesing, dan berwarna bening atau agak kemerahan muda, besar kemungkinan cairan tersebut adalah air ketuban.
Pemeriksaan Air Ketuban
Pemeriksaan air ketuban dilakukan oleh tenaga medis. Metode yang paling umum adalah USG, yaitu dokter menilai jumlah dan kondisi air ketuban di sekitar janin. Pada kondisi tertentu, dokter juga dapat merekomendasikan amniosentesis, yaitu pengambilan sampel air ketuban untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kapan Harus Segera Diperiksakan?
Selain pemeriksaan rutin saat kontrol kehamilan, ibu hamil sebaiknya segera ke dokter atau fasilitas kesehatan jika mengalami kondisi berikut:
Cairan ketuban merembes atau pecah, terutama sebelum usia kehamilan 37 minggu
Gerakan janin terasa jauh berkurang
Cairan yang keluar berwarna hijau, cokelat, atau berbau tidak sedap
Terjadi benturan keras pada perut, seperti jatuh atau kecelakaan