Mineral adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, tetapi memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara umum, tubuh tidak dapat memproduksi mineral sendiri, sehingga harus diperoleh melalui makanan atau suplemen.
Beberapa mineral yang memiliki pengaruh langsung terhadap kejadian stunting antara lain zat besi (Fe), seng (Zn), kalsium (Ca), dan fosfor (P).
1. Zat Besi
Zat besi merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hemoglobin (Hb), yaitu protein dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Selain itu, zat besi juga mendukung metabolisme energi, pertumbuhan, perkembangan, serta menjaga sistem kekebalan tubuh.
Dampak Kekurangan Zat Besi
Jika tubuh kekurangan zat besi, cadangan zat besi yang tersimpan di otot dan sumsum tulang belakang akan berkurang, sehingga kadar hemoglobin menurun. Ketika kadar hemoglobin rendah, tubuh akan memproduksi sel darah merah yang lebih kecil dari ukuran normal (eritrosit mikrositik) dan jumlahnya juga berkurang. Kondisi ini dikenal sebagai anemia defisiensi zat besi.
Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Stunting
Selain menyebabkan anemia, kekurangan zat besi juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Jika anemia dan infeksi terus berlangsung dalam waktu yang lama, kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan anak, terutama dalam hal tinggi badan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa asupan zat besi memiliki hubungan dan risiko yang tinggi dengan terjadinya stunting pada anak. Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat besi dengan kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan.
Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi
Berikut adalah beberapa makanan yang kaya zat besi:
a. Sumber Hewani (Zat Besi Heme - Mudah Diserap Tubuh)
Daging merah (sapi, kambing, domba)
Hati dan jeroan (hati sapi, hati ayam)
Ayam dan bebek
Ikan (salmon, tuna, sarden)
Kerang dan tiram
b. Sumber Nabati (Zat Besi Non-Heme - Perlu Vitamin C untuk Penyerapan Maksimal)
Sayuran hijau (bayam, kangkung, brokoli)
Kacang-kacangan (kedelai, kacang merah, kacang almond)
Biji-bijian (chia seed, wijen, quinoa)
Buah kering (kismis, kurma, aprikot)
Tahu dan tempe
Sereal dan roti yang diperkaya zat besi
Tips Mengonsumsi Makanan Sumber Zat Besi
Konsumsi bersamaan dengan makanan kaya vitamin C (jeruk, tomat, stroberi) agar penyerapannya lebih maksimal.
Hindari konsumsi bersama teh atau kopi karena dapat menghambat penyerapannya.
2. Seng (Zinc)
Seng (Zinc) adalah mineral esensial yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai fungsi penting, termasuk mendukung sistem imun, mempercepat penyembuhan luka, membantu pertumbuhan sel, dan menjaga fungsi enzim serta hormon. Zinc juga berperan dalam pembentukan DNA, perkembangan otak, serta menjaga kesehatan kulit dan rambut.
Peran Seng untuk Pertumbuhan Anak
Seng merupakan salah satu mineral penting bagi pertumbuhan anak, terutama pada usia 6–23 bulan. Mineral ini berperan dalam pembentukan jaringan tubuh dan mendukung pertumbuhan tulang.
Seng berinteraksi dengan hormon-hormon penting yang berperan dalam pertumbuhan tulang, seperti osteocalcin, somatomedin-c, testosterone hormone thyroid, dan insulin. Selain itu, seng membantu meningkatkan Insulin-like Growth Factor I (IGF-I), yaitu protein yang berperan dalam menyalurkan hormon pertumbuhan, sehingga proses pertumbuhan menjadi lebih optimal.
Hubungan Asupan Seng dengan Kejadian Stunting
Seng juga berperan dalam menjaga daya tahan tubuh. Jika anak kekurangan seng, sistem kekebalan tubuhnya bisa melemah, sehingga lebih rentan terkena infeksi. Infeksi yang sering terjadi akan meningkatkan kebutuhan energi dan seng. Jika tidak terpenuhi dapat mengganggu pertumbuhan anak, karena tubuh lebih fokus pada melawan infeksi daripada mendukung pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan seng dengan stunting.
Sumber Makanan yang Mengandung Seng (Zinc)
Berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zinc:
a. Sumber Hewani (Lebih Mudah Diserap Tubuh)
Daging merah (sapi, kambing)
Hati dan jeroan
Ayam dan kalkun
Makanan laut (kerang, tiram, kepiting, udang)
Telur
Susu dan produk olahannya (keju, yogurt)
b. Sumber Nabati (Perlu Kombinasi dengan Protein Hewani atau Vitamin C agar Lebih Optimal)
Kacang-kacangan (almond, kacang mete, kacang merah)
Biji-bijian (wijen, chia seed, biji labu)
Gandum utuh dan sereal yang diperkaya zinc
Tahu dan tempe
Sayuran hijau (bayam, brokoli)
Tips Mengonsumsi Makanan Sumber Seng (Zinc)
Konsumsi zinc bersamaan dengan protein hewani (seperti daging atau telur) untuk meningkatkan penyerapannya.
Hindari konsumsi zinc bersamaan dengan makanan tinggi fitat (seperti roti gandum utuh atau kacang mentah) karena bisa menghambat penyerapan.
3. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang memiliki berbagai peran penting dalam tubuh, termasuk dalam pembentukan tulang dan gigi hingga fungsi otot, darah, saraf, jantung, dan metabolisme tubuh. Sebagian besar kalsium dalam tubuh disimpan di tulang dan gigi. Jika asupan kalsium tidak mencukupi, tubuh akan mengambilnya dari tulang, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko osteoporosis atau kerapuhan tulang.
Dampak Kekurangan Kalsium
Jika asupan tidak mencukupi, tubuh akan kesulitan memenuhi kebutuhan kalsium meskipun kelenjar paratiroid berusaha mengatur kadar kalsium dalam darah. Akibatnya, pembentukan tulang baru terganggu dan sel-sel pembentuk tulang (osteoblas) tidak dapat bekerja secara optimal.
Kekurangan kalsium yang lebih dari setengah jumlah normal dalam tulang dapat menghambat pertumbuhan anak. Pada bayi, kekurangan kalsium dapat menyebabkan rakitis, yaitu kondisi ketika tulang menjadi lemah dan tidak berkembang dengan baik. Sementara itu, kekurangan kalsium pada anak-anak dapat memperlambat laju pertumbuhan mereka.
Hubungan Asupan Kalsium dengan Kejadian Stunting
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara tingkat konsumsi kalsium dengan status Stunting. Semakin tinggi konsumsi kalsium, semakin tinggi pula nilai z-score yang mencerminkan status gizi balita yang normal.
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa risiko stunting pada balita dengan asupan kalsium yang kurang berisiko 5,4 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang mendapatkan asupan kalsium cukup.
Sumber Makanan yang Mengandung Kalsium
Berikut beberapa makanan yang kaya akan kalsium:
Susu dan produk olahannya (keju, yogurt)
Tahu dan tempe
Sayuran hijau (seperti bayam, kale, dan brokoli)
Ikan sarden dan salmon (terutama yang dimakan bersama tulangnya)
Kacang-kacangan (almond, kacang kedelai)
Biji wijen dan chia seeds
Minuman fortifikasi kalsium (seperti jus jeruk yang diperkaya kalsium)
Tips Mengonsumsi Makanan Sumber Kalsium
Untuk memastikan penyerapan kalsium yang optimal oleh tubuh, ada beberapa tips yang dapat diterapkan:
a. Konsumsi bersama Vitamin D
Vitamin D memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyerapan kalsium di usus. Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh tidak dapat menyerap kalsium secara maksimal.
Berikut beberapa cara untuk memperoleh vitamin D:
1) Paparan sinar matahari secara langsung (sekitar 10-30 menit beberapa kali seminggu).
2) Mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti ikan berlemak, telur, atau produk yang diperkaya vitamin D (misalnya susu atau jus).
3) Suplemen vitamin D jika diperlukan (terutama jika tinggal di tempat dengan sinar matahari terbatas).
b. Hindari Konsumsi Kafein Berlebih
Kafein dapat mengurangi penyerapan kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium lewat urin. Batasi konsumsi kafein dari kopi, teh, dan minuman berkafein lainnya untuk memaksimalkan penyerapan kalsium.
c. Menghindari Konsumsi Terlalu Banyak Sodium (Garam)
Makanan yang tinggi garam (seperti makanan olahan) dapat meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urin. Mengurangi konsumsi garam dapat membantu menjaga kadar kalsium dalam tubuh.
4. Fosfor
Fosfor adalah unsur kimia penting yang berperan dalam pembentukan tulang, gigi, penyimpanan energi sel, serta pembentukan DNA dan RNA. Sebagian besar fosfor dalam tubuh ditemukan dalam bentuk fosfat atau fosfolipid, dengan sekitar 85% terdapat di tulang dan 15% dalam cairan luar sel.
Fosfor bekerja bersama kalsium untuk membentuk kristal hidroksiapatit di dalam tulang, yang membantu penguatan dan mineralisasi tulang dan gigi. Keseimbangan antara kalsium dan fosfor sangat penting untuk penyerapan kalsium yang optimal. Tubuh menjaga rasio keduanya sekitar 2:1 atau 1:1 untuk mendukung pertumbuhan tulang yang sehat. Kekurangan fosfor jarang terjadi karena unsur ini mudah ditemukan dalam diet sehari-hari.
Hubungan Asupan Fosfor dengan Kejadian Stunting
Anak-anak yang memiliki asupan fosfor rendah cenderung mengalami masalah dalam proses mineralisasi tulang dan penguatan struktur tubuh, yang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan searah antara tingkat konsumsi fosfor dengan status stunting pada balita.
Hasil studi lain juga menemukan bahwa anak dengan asupan fosfor rendah memiliki prevalensi stunting yang 2,29 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang mendapatkan asupan fosfor cukup.
Sumber Makanan yang Mengandung Fosfor
Berikut beberapa sumber makanan yang kaya akan fosfor:
Produk susu (susu, keju, yogurt)
Daging dan unggas (seperti ayam, sapi, kalkun)
Ikan dan makanan laut (terutama salmon, sarden, tuna)
Kacang-kacangan dan biji-bijian (seperti almond, kacang kedelai, biji labu, biji chia)
Sereal utuh (seperti gandum utuh, oatmeal)
Telur (terutama kuning telur)
Legum (seperti lentil dan kacang merah)
Kentang (terutama yang dimasak dengan kulitnya)
Tahu dan tempe (produk kedelai yang kaya fosfor)
Tips Mengonsumsi Makanan Sumber Fosfor
Berikut beberapa tips agar fosfor dapat diserap dengan lebih efektif oleh tubuh:
a. Konsumsi Bersama Kalsium dalam Rasio Seimbang
Tubuh membutuhkan keseimbangan antara kalsium dan fosfor untuk memaksimalkan penyerapan keduanya. Rasio ideal antara kalsium dan fosfor adalah 2:1 atau 1:1. Pastikan keduanya tercukupi dengan baik melalui makanan yang kaya kalsium dan fosfor.
b. Perhatikan Konsumsi Vitamin D
Vitamin D juga berperan dalam penyerapan fosfor. Pastikan mendapatkan cukup paparan sinar matahari atau konsumsi makanan yang mengandung vitamin D seperti ikan berlemak, kuning telur, dan produk yang diperkaya vitamin D.
c. Konsumsi dengan Makanan Tinggi Protein
Protein membantu meningkatkan ketersediaan fosfor dalam tubuh. Makanan seperti daging, ikan, telur, dan produk susu tidak hanya menyediakan fosfor, tetapi juga protein yang mendukung penyerapan fosfor.
d. Hindari Konsumsi Zat Penghambat Penyerapan Fosfor
Beberapa zat dapat menghambat penyerapan fosfor. Misalnya, konsumsi kalsium berlebihan dalam satu waktu (terutama dari suplemen), serta fitat yang terdapat pada biji-bijian atau kacang-kacangan dalam jumlah besar.
e. Konsumsi dalam Porsi Kecil dan Teratur
Penyerapan fosfor bisa lebih optimal jika dikonsumsi dalam beberapa porsi sepanjang hari, bukan hanya dalam satu waktu. Hal ini akan memudahkan tubuh untuk menyerap fosfor secara lebih efisien.
Meskipun mineral-mineral penting seperti zat besi, seng, kalsium, dan fosfor sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kenyataannya, banyak anak di Indonesia yang masih kekurangan akses terhadap gizi yang memadai. Hal ini sering disebabkan oleh keterbatasan ekonomi, kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat, atau bahkan ketersediaan bahan pangan yang bergizi.
Bergabung dalam Upaya Mencegah dan Mengatasi Stunting!
Setiap anak berhak tumbuh dengan sehat dan optimal. Melalui donasi yang kamu berikan, kami bisa menyediakan #1day1egg bagi balita yang membutuhkan selama 6 bulan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gizi mereka.
Yuk, bantu balita untuk tumbuh sehat! Klik di sini untuk berdonasi.
Referensi:
Natara, A. I., Siswati, T., & Sitasari, A. (2023). Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Radamata. Journal of Nutrition College, 12(3), 192-197.
Dewi, E. K., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan Correlation Between Iron and Zinc Adequacy Level With Stunting Incidence In Children Aged 6-23 Months. Amerta nutrition, 1(4), 361-368.
Emi, N. P., Mataram, I. K. A., & Nursanyoto, H. (2024). Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Zat Gizi Mikro, Status Imunisasi, dan Stunting Pada Balita Usia 12-24 Bulan di Desa Sangkan Gunung Sidemen Kabupaten Karangasem. Jurnal Ilmu Gizi: Journal of Nutrition Science, 13(2), 100-110.
Wati, R. W. (2021). Hubungan riwayat bblr, asupan protein, kalsium, dan seng dengan kejadian stunting pada balita. Nutrizione: Nutrition Research And Development Journal, 1(2), 1-12.
Sari, E. M., Juffrie, M., Nurani, N., & Sitaresmi, M. N. (2016). Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(4), 152-159.